Apakah tidak ada jalan untuk menyelesaikannya? apakah tidak ada solusi yang lebih baik selain bunuh diri? Saya tidak habis pikir mengapa seseorang sampai mengkhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Seumpama sudah jatuh dari empat lantai lalu belum mati apa nggak tambah menderita tuh?! yang jelas akibatnya bisa patah kaki, badan remuk dan pikiran "korslet".
Kasihan istri dan lima anak yang ditinggal begitu saja. Semoga mereka dapat menerima cobaan yang diberikan ini, meskipun bakalan sangat berat nantinya. Pada akhirnya semua yang telah dititipkan akan diambil juga oleh pemilik-Nya. Bukan begitu??
Malam ini saya cukup puas kejar-kejaran sama mr.deadline, karena infografis yang saya buat selama sekitar tiga jam ini kelar juga. Mulai dari nungu naskah, revisi naskah, cari ide, lompat sana-lompat sini sampai akhirnya jadi. Gimana karya saya yang sekarang?? kalo ada yang kurang puas silakan beri saya masukan dan atau kritikan. Makasihh...
Catatan:
Klik satu kali untuk memperbesar gambar
Menjelang wisuda sarjana setahun yang lalu saya mendapat ucapan dari seorang teman. "Selamat ya, Ton, sudah berani lulus. Berani lulus berarti berani menjadi pengangguran. Hahhaa..ha", ucapnya disambung cengiran. Saya tidak geram mendengar kalimat itu. Saya sepakat dengan apa yang dia katakan, hanya saja mungkin dia salah orang.
Saya yang begitu percaya diri saat itu yakin bahwa setelah saya lulus dan kembali ke kampung saya harus dapat kerjaan atau minimal punya kesibukan. Setelah urusan administrasi dan ijazah sudah selesai saya memutuskan tidak tinggal lagi di Malang tapi di kampung halaman saja.
Beberapa pekerjaan kecil akhirnya berhasil saya dapatkan setelah beberapa kali perjuangan, itupun karena bantuan teman lama yang sudah saya kenal. Ada yang pesan lukisan, buat id card, foto dokumentasi, buat peta, dsb. Pokoknya segala yang berbau seni rupa saya terima. Alhamdulillah saya ada penghasilan sendiri--meskipun cuman cukup buat jajan. Minimal saya sudah nggak ngegantungin sama orang tua lagi sampai beberapa bulan ke depan hingga akhirnya saya menginjakkan kaki di Ibukota untuk memenuhi panggilan.
Hari ini saya (sama sekali) tidak bangga sebagai orang desa yang hijrah dan dapat kesempatan bekerja di Jakarta. Kedatangan saya ke Jakarta statusnya (hanya) sebagai buruh untuk kedua kalinya. Awal kalinya tahun 2002. Saya sekarang ini resmi menjadi buruh pada industri media. Hanya saja, saya ini buruh yang bisa menikmati empuknya kursi dan kerja di depan komputer berfasilitas internet 24jam.
Buruh adalah buruh, yang (biasanya) hanya bisa mengeluh. Soal gajianlah, soal cutilah, dan banyak lagi. Ayo kita hapuskan predikat itu!! Saya sadar, bahwa perubahan harus terjadi suatu saat nanti. Pada saya pribadi dan juga pada jutaan buruh lainnya termasuk yang menjadi TKI mari kita bersatu kembali untuk memperingati hari buruh 1 Mei. Kesejahteran dan hak-hak buruh harus dijunjung tinggi. Lha wong podo menungsane, kok (baca: orang sama-sama manusia juga, kok).
Buat yang mau ambil gambar norak di atas silakan saya gratiskan kok. Sekali lagi hidup buruh!!
Bulan april ini di Jakarta banyak sekali digelar event yang berhubungan dengan dunia kreatif, maksud saya dunia perkomikan gitu. Dulu, ada pendapat yang mengatakan bahwa bahwa komik itu dunia milik anak-anak, tapi sekarang perspektif itu sudah sirna. Komik bisa dinikmati siapa saja. Simak saja misalnya komik strip (politik) di koran yang biasanya terbit hari minggu yang sarat dengan sindiran dan bahasa satir itu.
Sebagai insan yang juga penikmat dunia rupa, saya menyayangkan sekali tidak bisa hadir pada setiap acara. Alasan cukup sederhana dan mungkin ini alasan klasik, saya belum ada waktu untuk kesana.
Sebenarnya tiap harinya tidak terlalu sibuk, hanya saja acara tersebut biasa digelar siang-mendekati sore. Sedangkan tiap sore saya harus masuk kerja. Bahkan libur kerja sayapun kebagiannya pas hari kamis. Huh!! hari yang aneh. Tapi lumayanlah satu hari itu bisa saya gunakan untuk beristirahat dan melupakan rutinitas sejenak.
Tapi, kamis malam selepas maghrib saya biasa pergi ke tempat teman, masih di Jakarta Pusat. Bukan untuk tahlilan atau istighosahan. Ini ada hubungannnya dengan sidejob (pekerjaan sampingan) saya sebagai seorang desainer grafis freelance. Saya diminta bantuan untuk ngelayout dan ngedesain sebuah majalah. Karena deadline sudah lewat dan kejar terbit maka saya mengorbankan waktu untuk pekerjaan satu ini. Tiap sore selalu keluar, lalu pagi-pagi buta baru balik ke kost.
Gila!! saya ini gila kali ya?!! manusia macam apa saya ini. Saya tidak ada waktu untuk mengistirahatkan tenaga saya. Saya jadi semakin percaya kalo Jakarta ini neraka dunia. Cari duit susah, mau istirahat juga susah. Mending nggak usah menginjakkan kaki ke Jakarta kalo tidak bisa apa-apa. Percuma kalo cuma bisa berdoa tapi tidak ada usaha
Semua orang tua pasti ingin anaknya punya nasib yang lebih baik. Mereka mendidiknya dari kecil sampai besar, menyekolahkannya ke institusi yang bonafide, mendoakannya siang dan malam--tak kenal lelah. Tapi apa mau dikata kalo nasib kurang beruntung malah datang.
Seorang bapak warga Kecamatan Betung, salah satu kecamatan di Palembang, sedang pusing tujuh keliling. Anaknya yang baru saja lulus sekolah ingin kuliah, berhubung tidak cukup dana terpaksa harus pasrah. Si anak kemudian memilih ikut pamannya bertani di desanya. Menjadi petani mungkin pilihan buruk baginya.
Dalam rangka menyongsong pemilihan Bupati Banyuasin-Palembang ini, si Bapak berharap supaya calon terpilih nantinya bisa lebih memperhatikan nasib rakyat kecil, yaitu dengan cara menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Saya kemudian dapat tugas untuk membuat ilustrasinya. Saya ingin Nulung (baca: membantu) wong cilik juga Hehehe..., kalo ada masukan dan atau kritikan saya sangat terbuka kok. Makasih sebelumnya.
Berikut ini saya akan memberikan sedikit tips untuk membuat infografis. Objek utamanya adalah Bupati Garut-Jawa Barat. Adapun langkah-langkahnya pembuatannya adalah:
- Siapkan objek asli yang akan ditrace (jiplak)
- Proses tracing bisa menggunakan pen tool atau pencil tool (program Freehand). Jika kita sudah terbiasa memakai mouse tablet maka sebaiknya gunakan mouse tablet.
- Menciptakan efek garis kemudian mengisi bidang yang kosong dengan warna untuk membentuk objek sementara.
- Pewarnaan diatur sesuai dengan kebutuhan.
- Ilustrasi wajah yang sudah selesai kemudian digabung dengan materi/naskah yang masuk dari redaksi, lalu dilayout dengan ukuran kolom yang tersedia.
Catatan:
Pemilihan warna untuk majalah dan koran tidak sama karena kualitas cetak tergantung dengan bahan kertas yang dipakai
Apa yang dapat anda ceritakan dari gambar di atas? Percaya tidak bahwa bahasa gambar itu bisa menceritakan seribu makna? Dari satu gambar kita--juga-- bisa mendapatkan banyak ide untuk menulis. Tentunya dengan menggalinya terlebih dahulu.
Kira-kira tulisan apa yang terkait dengan gambar itu? kita bisa menulis misalnya tentang graffiti, tentang anak jalanan, tentang carut marut tata kota, tentang rambu-rambu lalu lintas, dan sebagainya. Jadi sebenarnya kita tidak perlu bingung lagi untuk menggali ide tulisan. Apalagi tulisan yang sifatnya "bebas" kayak di blog-blog kita ini. Karena kita--terkadang--ingin blog kita (yang ter)bagus, jadinya kita selalu kepikiran bahwa kualitas tulisan juga harus bagus. Bukan begitu?
Sekarang kita tebak-tebakan aja yak?! Gambar di atas itu diambil di daerah mana hayuu? ada yang tahu nggak?? yap, itu adalah perempatan pramuka. Sebelah kiri adalah arah ke jl. Pramuka (wilayah jakarta timur), dan sebelah kanan adalah arah ke tugu proklamasi (dekat kost saya), tapi kalau lurus kita akan menuju ke terminal kampung melayu, kalibata dan seterusnya. Perempatan ini adalah perbatasan antara jakarta timur dan jakarta barat (mentang-mentang pernah ngecek di peta gitu ya).
Tidak jauh dari perempatan ini, sekitar 500meter, kita bisa melihat ada toko buku Gramedia yang katanya terbesar se-Asia Tenggara itu. Gedungnya gede, ada empat lantai. Patokannya adalah jembatan penyeberangan busway kedua setelah perempatan ini. Soalnya dulu saya pernah punya pengalaman "kebablasan" waktu naik KOPAJA 502 hehehe, jadi pingin malu saya. Gara-gara mikir yang nggak jelas sih.
Di perempatan ini juga, saya sempat menyimpan rasa khawatir--yang katanya Jakarta itu serem. Maklum, baru beberapa minggu menginjakkan kaki di Ibukota sedangkan imajinasi masih terbayang si kapak merah.
Jadi, tiap hari sepulang kerja saya turunnya di kolong perempatan ini. Kenek angkot menyebut tempat ini "pos". Sambil menikmati gambar grafiti yang sudah tidak bagus lagi, dengan mata lima watt saya melangkah kaki sampai ke Jl Matraman Dalam. Beli sarapan, istirahat sebentar lalu tidur dan bangun sampai terdengar suara bedug. Begitulah setiap hari.
Benar kan kata saya? saya jadi ngelantur cerita ngalor ngidul gara-gara melihat satu gambar saja. Gimana kalo gambarnya ada sepuluh?? Bisa-bisa habis waktu saya untuk bercerita. Bahasa gambar adalah stimulasi awal. Selanjutnya, silakan dicoba sendiri...
Kali ini nama saya masuk koran lagi. Bukan karena grafis saya dimuat, bukan karena saya menjadi pelaku kriminal atau seksual. Tapi nama saya masuk koran karena saya menjadi saksi, yaitu menjadi salah satu orang yang (barangkali) terakhir sempat menghubungi si korban--sebelum akhirnya meninggal.
Dalam catatan saya, dia pernah terlibat dalam pembuatan koran setebal 100 halaman. Kalo nggak salah saat menyambut awal tahun baru (millenium). Begitulah aku beliau. Saya masih teringat; dia dulu juga pernah menyampaikan sebuah pesan kepada saya, bahwa untuk membuat desain/ilustrasi harus penuh semangat, dan bisa kerja cepat, karena begitulah orang-orang yang diinginkan media.
Dari kata-kata itu saya bisa belajar dan memetik pelajaran yang berharga. Saya merasa bisa mengambil hikmah dari orang biasa, orang media seperti dia. Pengalaman hidup yang membuat dia layak disebut orang yang luar biasa.
Baik, sekarang saya sudah kembali lagi, sudah semangat dan siap berbagi lagi dengan kalian semua. Ayo ngeblog lagi....!!! (lho inti tulisan ini apa sih?!!). Oya, Gambar di sebelah kanan atas adalah infografis terakhir yang pernah dia kerjakan saat masih mengasuh rubrik sports.
Malam ini sekitar pukul 22.30 saya dapat kabar dari seorang redaktur bahwa salah satu ilustrator kita sedang mengalami musibah. Dia mengalami kecelakaan, sekarang posisinya sudah ada di RS Pelni Petamburan, Jakarta. Untung jaman sekarang teknologi sudah canggih, sayapun segera mengklik http://wikimapia.org/ untuk mengetahui posisi rumah sakit itu.
Ilustrator yang ada di barisan saya langsung panik. Hingga sekarang belum diketahui apa penyebabnya. Saya jadi teringat beberapa jam sebelumnya waktu saya menelpon dia untuk segera datang ke kantor mengingat pekerjaan sudah menumpuk. Alasan saya menelponnya karena sebagian pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan dialihkan ke saya. Saya menunggu lama tapi dia juga tidak kunjung datang. "Ya sudahlah, mungkin dia nggak jadi berangkat ke kantor", ucap saya dalam hati.
Dia sempat mengatakan di telpon bahwa saat itu disana sedang hujan. Saya pun mengiyakan saja sembari berharap dia segera datang. Saya benar-benar tidak menyangka apa yang terjadi kemudian. Tuhan berkehendak lain. Musibah itu terjadi secepat itu tanpa kompromi. Dalam hati saya berdoa supaya dia segera baik-baik saja.
Sekitar pukul 23.15 WIB seorang redaktur mendatangi saya. Dia memberitahukan bahwa sang ilustrator (senior) kita telah tiada. Dia sudah menghembuskan nafas terakhir dalam tragedi itu. Saya ingin menangis sepuasnya malam ini. Menyesali atas apa yang saya lakukan tadi. Kenapa saya tadi menelpon saat dia sedang di jalan.
Saya begitu bodoh. Bingung dan bingung malam ini. Terima kasih buat semuanya yang meluangkan waktunya melipur hati saya yang sedang lara. Semoga dengan ini kita bisa berbagi.
Selamat jalan Mas Asep
Tanggal 21 April adalah hari kartini. Saya yakin para bloggers yang hanyut dalam wacana feminitas dan gender akan berlomba menulis tentang Kartini. Kali ini saya tidak menulis tentang profil beliau, dan bukan tentang gender, tapi soal ilustrasi kartini.
Menemukan gambar Kartini di search engine sangat mudah. Dalam beberapa detik saya sudah menemukan banyak gambar. Tidak menyangka gambar kartini sudah banyak versinya sampai detik ini. Mungkin ini akibat ulah si pemilik tangan-tangan kreatif. Gambar Kartini diolah dan diotak-atik, sama yang terjadi pada kasus kepala gambar Che Guevara.
Saya akan menceritakan sedikit soal Che Guevara. Kebetulan kemarin waktu skripsi nulis sedikit tentang sejarahnya sebagai pengantarnya. Beliau adalah sosok revolusioner yang sempat mengenyam dunia kedokteran. Che adalah seorang yang gagah dan kuat dalam memperjuangkan Kuba kala itu. Kini, wajah Che guevara sudah dijadikan komoditas industrial. Wajahnya ada dimana-mana. Mulai dari stiker, bendera, kaos, tato, emblem dan lain-lain. Bahkan ada yang memplesetkan wajahnya dengan gambar Bob Marley (jadinya Marley Guevara) atau tokoh Benyamin (tokoh populer Persija).
Kembali lagi pada gambar Kartini, jujur saya tidak mempermasalahkan gambar Kartini dibuat oleh siapa, toh yang penting kepala Kartini juga masih menghadap ke kiri (kenapa nggak menghadap kamera ya??) Hehehe. Yang kemudian muncul tanda tanya besar di kepala saya adalah "apakah dengan melihat/menikmati gambar Kartini kita bisa mendapatkan semangat heroik beliau"? Apakah kita pernah mendapatkan sensasi tersendiri? Mungkin anda mempunyai pengalaman tersendiri yang bisa dibagi bersama.
Mengapa saya menanyakan hal tersebut? karena semua narasumber yang saya wawancarai (saat proses pembuatan skripsi Che Guevara) mengaku bahwa mereka mendapatkan "semangat perlawanan "setelah memakai kaos Che Guevara. Meskipun itu tidak permanen sifatnya.
"Gmbr cp tu?..Gmbrny bgus..Keren..". Alhamdulillah, ternyata masih ada yang suka sama ilustrasi saya yang jauh dari sempurna ini.
Ilustrasi macamnya banyak. Menurut sumber (http://staffsite.gunadarma.ac.id/) ilustrasi dibedakan menjadi (1) Foto, gambar, sketsa (2) Kartun (3) Diagram, Skema (4) Grafik, Tabel. Saya akan menambahkan sedikit disini. Secara fungsi, ilustrasi untuk menggambarkan atau menjelaskan sesuatu; maka infografis juga termasuk bagian daripada ilustrasi. Untuk penjelasan mengenai infografis sudah pernah saya angkat di blog saya sebelumnya--yang sekarang kena hack itu. Naas banget sih, belum ada yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan saya (lho kok jadi curhat?!)
Dalam pembuatan ilustrasi infografis, program yang bisa dipake pada umumnya adalah program berbasis vektor atau garis. Program yang dimaksud adalah freehand, corel dan illustrator. Karena sinergisitas antara vektor dan bitmap masih dibutuhkan, maka photoshop tidak bisa ditinggalkan. Sampai disini ada yang membingungkan dengan penjelasan saya di atas? (Hooo... semuanya membingungkan!!!)
Dewasa ini, ilustrasi vektor menjadi andalan bagi mereka yang suka desain pop art (Hmm, makanan apalagi tuh??). Pernah mengamati kaos yang dipake Pasha, vokalis Ungu, kan? yang selalu pake kaos merk "BLACK ID" itu? Tiba-tiba saja ilustrasi atau desain gaya ini meledak dan jadi trendsetter di beberapa komunitas (baca: kalangan anak muda). Hanya karena sentuhan ilustrasi vektornya. Bayangkan aja...
Dengan bantuan olahan vektor, permainan bidang dan warna menjadi tegas dan lebih eye catching. Kata mbah buyut saya kayak gitu. Distro-distro baru kemudian muncul satu demi satu. Alhasil, kaos mereka (yang terkenal dari Bandung itu) mampu mengalahkan kaos-kaos yang lebih dulu populer di pasaran. Mengalahkan bukan berarti mematikan lho. Merk-merk yang saya maksud diantaranya adalah Dagadu, Dadung, Joger, C59, dll.
Tapi celotehan di atas itu cuma versi saya aja. Silakan diklarifikasi kalau ternyata ada yang salah. Dan silakan pesan ilustrasi sebelum anda terpaksa harus antri. Hwaa ha ha. Piss ya!!
Hape di atas merknya NOKIA, kan?? dulu saya pingin banget punya hape itu. Melihat bentuk dan fasilitasnya udah lumayan. Ada yang bilang hape merk NOKIA paling besar pasarnya di Indonesia. Bener nggak ya? alasannya katanya hape ini lebih mudah penggunaannya.
Saat masih baru mengenal hape dulu, saya cuma tahu bahwa hape nokia mempunyai keunggulan di fasilitas (baca: menu). Tapi kalo kita ngomong kualitas suara, hape merk SAMSUNG saya lebih percaya. Bukan karena hape saya kebetulan merknya SAMSUNG lho. Hehehe...
Bagi saya (yang tidak begitu mobile kala itu), dorongan memiliki hape sebenarnya cuma untuk nelpon dan sms-an aja. Selain itu enggak (halah!!..., ngaku aja karena emang nggak punya duit, Ton?!!). Perasaan itu masih kuat hingga sekarang. Hape SAMSUNG C100 yang dulu saya beli tanggal 29 September 2004 masih awet sampai sekarang (Gila!! ingat betul ya??!). Saya masih sayang dan tidak tega menggantinya.
Saya berpikiran, kalo ada uang lebih ditabung aja--daripada ngikuti nafsu beli hape baru tapi nggak ngerti fasilitasnya buat apaan. Sok kaya, sok gaul. Nggak banget. Lho kok saya jadi curhat sih??
Biarin hari ini saya tidak mampu menghapal merk, jenis dan tipe hape; tapi saya masih bisa berkomunikasi dan bersilaturahim sama keluarga, sodara, sahabat, pacar (emang punya??) dan rekan kerja. Lagian masih bisa buat bisnis kok.
(Gambar di atas saya buat dengan program "Freehand MX". Syukur tidak makan waktu lama. Soalnya kalo kita kerja di koran semuanya dituntut terbiasa cepat dan hasilnya bagus. Nah lho??!!)
Mobil ambulan melaju cepat membawa korban yang sudah sekarat. Mulutnya megap-megap. "Wah... gawat", kata pak sopir. "Ada si komo lewat...", lanjutnya.
Kebanyakan, pada body mobil ambulan tipografinya (baca: tulisannya) sengaja dibuat terbalik. Dengan demikian tulisan akan mudah terbaca oleh mobil yang ada di depannya. Bagaimana caranya? Betul. Caranya cuma pake kaca spion.
Harapannya adalah mobil yang ada di depan bisa mengalah ketika mobil ini jalan, lebih-lebih yang lain bisa mundur dan tidak berebut merajai jalan. Namun fakta berkata lain. Mobil beserta kendaraan lain seolah acuh--tidak peduli dengan si ambulan tersebut. Inilah salah satu cerminan budaya masyarakat kita. Sungguh memalukan sebenarnya.
Ambulan tak bisa lagi berada di depan. Bahkan sering terjebak dalam himpitan kendaraan milik tuan besar. Kasihan si korban dalam ambulan, yang sedari tadi harusnya sudah mendapatkan layanan dari dokter-dokter pintar itu.
Ini terjadi nggak hanya di Sidoarjo, Surabaya, Malang, atau Jogja. Di Jakartapun juga demikian. Semoga ini jadi cerminan bagi mereka yang punya kendaraan, supaya mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadinya. Dan semoga tidak heran lagi kenapa tulisan ambulan suka terbalik.
Gambar diambil dari http://www.treehugger.com/files/2006/11/nexo_the_argent.php
Ketertarikan saya pada gambar di atas bukan karena pada buah dadanya. Tapi suwer saya masih normal kok. Hehehe. Gambar tersebut saya anggap unik karena membuat saya selalu bertanya-tanya.
Ada apa sebenarnya dengan bayi yang menyusui (breast feed) itu? Mengapa tubuhnya ber"tato" (kita anggap itu tato, meskipun sebenarnya hanya olahan photoshop)? Mengapa "tato"nya bergambar logo-logo perusahaan kapital? Ada hubungan apa antara ibu dan anak dalam konteks ini.
Saya masih merenung. Sedang "berfilsafat visual". Kurang lebih seperti itulah. Jelas-jelas ini bukan pornografi karena tidak membuat si otong kemudian ereksi. Pasti ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Apa ya?? saya masih berfikir...
Oya, tepat di lingkaran puting susu (areola) sisi kiri tampak beberapa bintang membentuk lingkaran. Itu adalah lambang Uni Eropa atau Europe Union. Yaitu sebuah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang terdiri dari negara-negara Eropa, yang sejak 1 januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992. Namun, banyak aspek dari EU timbul sebelum tanggal tersebut melalui organisasi sebelumnya, kembali ke tahun 1950-an (http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_eropa)
Mungkinkah ini sebuah sindiran untuk kapitalisasi yang "halus"? Mereka menguasai hampir di semua sektor. industri makanan, minuman, otomotif, musik, pakaian sampai dunia olahraga. Semuanya ada disana. Seakan dunia ini hanya punya mereka.
Sungguh Ide yang brilian untuk menciptakan sindiran. Semoga dengan ini kita bisa berpikir lebih kreatif lagi. Piss, men!!
Gambar diambil dari www.spirosounds.com/breastfeed.jpg
Setelah mood datang, kesempatan menggambar tidak saya sia-siakan. Mumpung ada gambar yang pas, saya langsung ambil spidol dan kertas. Ada foto yang menurut saya mudah untuk dikartunin. Dikatakan mudah berarti tingkat kesulitan bisa diminimalisasi.
Beberapa juru gambar mengatakan, "menggambar wajah orang cantik, ganteng itu lebih mudah daripada menggambar orang jelek". Statement ini boleh dipercaya dan boleh dibantah. Menurut hemat saya, semakin khas atau semakin berkarakter si objek maka semakin mudah proses pengerjaannya. Karakter yang saya maksud di sini adalah bagaimana bentuk wajahnya, model rambutnya, mimiknya, adakah tahi lalatnya, dan sebagainya.
Coba tebak siapakah tokoh di atas? dia adalah SCHAVAN, seorang politikus yang berasal dari Jerman. Nggak kenal kan? sama, saya juga baru tahu wajahnya hari ini tadi. Hehehe...
Tiba-tiba saya jadi membayangkan, seandainya saja saya bisa memberikan karya iseng ini kepada beliau kira-kira tanggapannya gimana ya? "Maturnuwun, Ton atas hadiahnya". Gitu mungkin. Haduh, saya lupa. Berimajinasinya tadi keterlaluan banget. Bagaimana tidak? boro-boro ketemu orang Jerman, ngomong inggris aja saya masih buka kamus
Saya sedikit kesal sekaligus prihatin beberapa hari ini setelah mengamati dunia sinema Indonesia di layar kaca. Pernah lihat sinetron sinema-religi yang dipadu-padankan sama animasi yang surealisme itu? sekilas tampak religius karena banyak menyebut nama Tuhan. Tapi kalo dicermati ternyata lebih banyak mengajarkan hal-hal yang irrasional alias tidak masuk akal. Saya menghindari tayangan seperti itu bukan karena animasinya yang (memang) tidak berkualitas, akan tetapi karena tidak adanya pendidikan moralitas disana.
Bayangkan saja, ketika kita disuguhi sesuatu yang tidak logis dan serangan itu terjadi secara massif, maka apa yang terjadi dengan kita? Kapan bangsa ini akan maju kalo kita masih suka bermain dengan sesuatu yang tidak edukatif-halusinatif. Saya lebih memilih acara tv untuk melihat iklannya saja, meskipun sadar bahwa posisi ini juga tidak aman untuk konsumsi otak saya.
Lebih enak nonton sampah visual (baca: iklan), karena saya bisa mendapatkan banyak nutrisi untuk perkembangan karya grafis saya. Lah, daripada nonton setan-setanan atau sesuatu yang dituhankan? Yang jelas saya tidak mau membodohi diri saya sendiri. Saya harus berani mengambil sikap dan menyaring informasi secara tepat.
Tapi, gimana caranya ya? tv aja saya belum punya...
Sebuah sms masuk ke ponsel saya: "ass.gmn kbr ton?oya tlg bwtkan ilustrasi covr dunk! ktnya kmu bs ya? yg bagus ya. suwun".
Pernah dapat sms yang kata awalnya "ass" yang maksudnya adalah assalamualaikum? kata "ass" menurut sebuah situs penerjemah (http://kamus.orisinil.com/english-indonesia/ass) "ass: adalah kb. (animal) keledai. orang yg bodoh. Vlug.: pantat. Saya sampai sekarang pada dasarnya kurang terbiasa menerima sms kayak gitu--nggak tahu kenapa. Gimana dengan anda?
Esensi orang berkirim sms dengan kata "ass" di depannya sebenarnya tidak sekedar untuk say hello aja tapi justru lebih dari itu, yaitu untuk memberikan doa kepada si penerima sms supaya diberikan kesejahteraan dan kebaikan di dunia dan dijauhkan dari malapetaka serta duka-derita.
Mulai sekarang saya akan belajar untuk menginterpretasikannya seperti itu. Bahwa saya didoakan sama si pengirim sms. Udah gitu gratis lagi, nggak pake bayar ke mereka? enak bukan??
(Buka...aaaan!!!)
Dua komikus besar Dwikoen (Indonesia) dan Stephen Heuet (Perancis) berkolaborasi di atas kertas lebar
Senang rasanya bisa bertemu dengan orang yang tercatat namanya di sejarah perkomikan. Beliau adalah Dwi Koendoro, kartunis KOMPAS yang melahirkan tokoh Panji Koming (terbit seminggu sekali pada hari minggu). Dan satu orang lagi adalah Stephen Heuet, komikus yang mencoba menghidupkan karya novel dengan komik.
Saya datang tepat waktu (nggak biasa lho. Biasanya datang sebelum waktunya hehe...). Tadi naik angkot 502 cuma bayar seribu perak dari perempatan matraman ke toko buku Gramedia (gak penting ya?). Mumpung masih ada gitu. Masalahnya jam kerja saya itu fleksibel. Jadi yang penting kerjaan selesai ya sudah.
Awalnya saya niat untuk cari ilmu aja tadi, barangkali ada yang baru atau sesuatu yang masih belum saya ketahui (makanya yang pintar kalo jadi orang). Sudah nyampe sana, acara dimulai dengan pergelaran musik dari mahasiswa UNJ. Mereka menyanyikan beberapa lagu berbahasa Perancis. Lumayan fasihlah (lha wong saya aja belum bisa) sampai saya bosen sendiri mendengarnya. Nggak ada lagu Rosa dengan ayat-ayat cinta-nya (ya iyalah...)
Acara dimulai. Dua orang besar itu maju ke depan (dengan langkah cepat) untuk mempresentasikan atau membuka ruang diskusi. Saya tadi sempat mau mengajukan pertanyaan tapi (sial) kesempatan itu diserobot orang disebelah saya (hiks). Sekitar seratus orang lebih tampak asusias mengikuti setiap sesi. Sayang sekali sesi dorprize tidak ada, padahal menurut informasi terpercaya seharusnya ada lho. Gak jadi memperebutkan yang gratisan deh. Ho ho ho
Dari jam empat sampai jam setengah tujuh malam, capek juga rasanya. Mulutku sudah gatal (lho kok bisa?). Acara berakhir dengan sesi tanda tangan oleh narasumber. Saya belum bawa uang gede saat itu jadi nggak bisa beli bukunya. Kesempaan untuk membeli buku tertunda (hiks hiks). Untungnya tadi sempat berfoto dengan Dwi Koendoro. Lumayan buat cerita anak cucu nanti. Hehehe...
Percakapan singkat ini terjadi pada dua mahasiswa. Sempat terjadi sedikit perdebatan diantara mereka karena misunderstanding. Ini soal warna lampu traffic light (orang Jawa Tengah menyebutnya lampu "bangjo").
"Ayo cepetan jalan, lampunya sudah biru tuh. Biar kita ndak telat lagi masuk kampus", kata Mat, mahasiswa semester dua dari Madura.
"Mana ada warna biru?", Arie balik bertanya. "Yang namanya lampu traffic light dimana-mana warnanya cuma merah, kuning, sama ijo", jelas Arie
"Ah sudah!! jangan banyak omong, kita telat nih", balas Mat kesal
(gas ditancap, lalu....hrueeenngg!!!)
Melihat dialog di atas kita dapat melihat perbenturan budaya. Satu orang menyebutnya sebagai warna hijau, dan satunya lagi menyebut benda itu berwarna biru (kalau nggak mau menyebut biru, biasanya ya biru daun gitu).
Mengapa bisa beda penyebutan meskipun objeknya sama? apakah ada yang salah dengan matanya, ataukah lidahnya terlilit sesuatu? ataukah karena kebiasaan mereka tinggal di daerah tertentu? Saya tidak mengerti juga. Akhirnya, mau tidak mau mereka yang sudah mengerti bahwa itu emang warna hijau wajib (secara moral untuk mengingatkan pada yang lain.
Kalo binatang babi (maaf sebelumnya), kenapa hayo biasa digambar pake warna pink? emang babi kelihatan imut?
Dengan adanya perubahan perilaku konsumen mencari kekuasaan berlebihan dalam hal menginginkan sebuah produk-definisi kreatifitas telah bergeser dari satu dimensi keahlian (skill) ke empat jenis dimensi kreatifitas yang mengikat logika pemikiran dengan penyelesaian masalah yang kreatif. Pemrosesan individu terhadap "pemikiran kreatif baru" bercampur antara analisis, ekspresif, rasa ingin tahu dan kualitas seksual ke dalam proses pemikiran. Hasilnya adalah pendekatan menyeluruh terhadap kreatifitas yang memengaruhi berbagai titik tekan dan pengalaman.
Paragraf diatas saya gunakan untuk menjelaskan infografis yang sempat saya buat tanggal 10 maret 2008 yang lalu. Warna kuning adalah sisi kualitas seksual, warna orange adalah sisi ekspresif, warna ungu untuk sisi anal, dan warna hijau adalah sisi rasa ingin tahu manusia. Semoga bermanfaat.
Ilustrasi di atas menggunakan program Freehand MX
Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan studinya kebanyakan bingung mencari kerja. Seperti ayam yang baru keluar dari kandang, mereka bingung menjawab realita--tantangan hidup sebenarnya. Surat lamaran mereka buat untuk dikirim kesana kemari. Tanya sana-tanya sini. Beli koran tiap hari yang dibaca cuma halaman lowongan pekerjaan, nggak peduli headline saat itu apaan.
Terkadang saya diterpa seribu pertanyaan (biasanya sih via sms). Ton, di tempatmu ada lowongan nggak? Saya bertanya balik kepada mereka? "Kamu minat di bidang apa? punya skill, apa??". Mereka menjawab "terserahlah, pekerjaan apa saja. Yang penting jangan jadi opis boi. Kalo skill sih aku cuma bisa ngetik doang. Gimana nih?". "Oalah, Cak, apa nggak sayang sama ilmunya", batin saya.
Mari berpikir sejenak; sebenarnya apa yang sudah kita lakukan selama kuliah kemarin? apakah main-main, ataukah bersenang-senang (eh sama ya?). Kalo kita rajin mengikuti kegiatan atau ikut dalam komunitas; mungkin itu bisa membantu kita. Karena dengan begitu setidaknya kita punya kreativitas, lalu punya banyak teman dan kolega yang kemudian bisa kita harapkan uluran tangannya.
Kebetulan saya bukan anak pejabat yang mapan dengan kondisi duniawi. Kalo dilahirkan jadi anak orang besar mungkin saya akan memilih kuliah di luar negeri biar total sekalian mencari ilmunya. Saya hanya orang yang suka untuk belajar dari pengalaman banyak orang. Akan kisah hidupnya yang penuh rintangan dan meraih kesuksesan di kemudian harinya. Tentu hal ini tidak mudah untuk menggapainya. Dibutuhkan perjuangan yang berat awal mulanya.
Alhamdulillah pekerjaan yang saya lakoni sekarang datang begitu saja--beberapa bulan setelah melepas masa kuliah. Minimal sudah bisalah hidup dari hasil banting tulang sendiri (adouw..sakit). Saya nggak sibuk lagi mencari lowongan kerja, tapi kalo ada tawaran kerja sampingan ya kenapa tidak. Saat ini yang menjadi pikiran saya adalah bagaimana caranya menciptakan usaha sendiri demi menciptakan masa depan nanti. Sepertinya saya masih harus banyak belajar lagi. Ya!! saya bukan siapa-siapa..., jadi kalo dirasa membosankan ya sebaiknya jangan dibaca tulisan saya.
Kalo komen nggak papalah (tuing-tuing...). Hehe.. ketahuan nggak laku banget ya?!!
Para kartunis atau pegiat kartun Indonesia dibuat pusing lantaran belum menemukan karakter kartun yang bisa mencitrakan Indonesia. Banyak pecinta kartun yang terlanjur jatuh cinta dengan style manga (kartun Jepang). Mereka meyakini komik yang satu ini bisa memberikan hiburan dan informasi. "Gambarnya bagus, harganya juga lebih murah lagi", kata seorang pelajar di salah satu toko buku yang berlokasi di Matraman itu.
Kalo pelajar hari ini lebih suka komik Jepang lalu bagaimana nasib komik lokal? apakah mereka akan tetap eksis untuk kedepannya. Pecinta komik lokal indie kemudian mengambil langkah antisipatif. Ada yang membuat forum-forum diskusi di milis, ada yang menggelar pekan komik tiap tahun (mulai lomba, pameran, dsb), ada juga yang membuat komik fotokopian lalu disebarkan secara gratis (misalnya karya daging tumbuh atau komedo yang sama-sama berasal dari kota gudeg itu).
Jika dilihat dari beberapa sudut pandang, perkembangan komik kita sebenarnya semakin berkembang. Dulu yang namanya komik ya berupa buku komik, tapi sekarang sudah ada komik yang berfungsi sebagai iklan. Simak saja iklan top one misalnya. Tidak mau ketinggalan, KPK juga membuat komik anti korupsi yang didistribusikan gratis (meski kenyataannya masih banyak koruptor tumbuh subur bak jamur di musim hujan).
Komik umumnya digambar di atas kertas. Tapi sekarang sudah ada komik di atas kanvas. Ada juga yang di atas dinding/tembok (biasanya berbentuk semi grafiti). Perhatikan saja bangunan-bangunan atau rolling door di jakarta yang dicoret-coreti itu. Sebenarnya ini vandalism atau karya seni?
Kalo karyanya bisa membuat suasana jadi lebih indah sih nggak masalah. Tapi kalo tambah membuat suram kota (meskipun katanya karyanya mengandung pesan moral semacam global warming campaign, dsb) menurut hemat saya itu baru bencana. Jakarta udah macet, panas, sering banjir, kotor lagi. Hampir tidak ada yang bisa kita banggakan dari ibukota kita.
Supaya Jakarta nggak tambah kotor, jangan biarkan (lagi) anak cucu kita corat-coret lagi tanpa alasan yang jelas. Kalo nggak bisa buat gambar yang bagus ya belajar nulis, nyanyi, atau yang lainnya aja. Belajar baca Qur'an yang bagus malah dianjurkan (perhatikan tajwidnya juga). Lho kok nyambung kesini sih?
Gambar diambil dari:
http://newsimg.bbc.co.uk/media/images/43062000/jpg/_43062793_graffiti_wall.jpg
Tahu kan produk apa yang saya pasang di atas? apa sebutan yang tepat untuk benda tersebut? apakah lotion anti nyamuk ataukah apa? barangkali lidah kita akan mengucapkan "itu 'kan AUTAN".
Otak kita sudah dibranding (sejak jaman nenek moyang) untuk mengatakan bahwa semua produk lotion anti nyamuk adalah AUTAN. Meskipun itu merk lain. Kasian banget ya yang punya produk non AUTAN kurang dikenal.
Kasus serupa juga muncul pada produk AQUA. Meskipun itu merk Cheers, evian, atau yang lainnya kita akan lebih mudah menyebutnya AQUA. Tidak hanya orang daerah saja yang seperti ini, orang metropolitan Jakartapun menyebut demikian. goblok kok dipelihara ya?
Munculnya merk produk pertama kali ternyata mempunyai peluang besar untuk diingat masyarakat. Coba deh ketik "antown" di google. Di sana kita akan mendapatkan result 19.800 hasil penelusuran untuk antown. Lumayan banyak kan?? hehe. Ini bukan masalah narsis atau apa, karena kata antown tidak hanya untuk saya saja. It's about "branding my self".
Minimal saya bisa bangga bisa mendapatkan angka yang lumayan banyak di google. Bagaimana dengan anda? cobain deh. Tentu ini menyenangkan jika ini pengalaman pertama anda.
"Huh!!", plak, plak!!. "Kena, kau". Akhirnya saya dapat nyamuk juga. Gara-gara nggak pake AUTAN sih, eh salah. Maksud saya nggak pake lotion anti nyamuk.
Berangkat dari pengalaman saya saat jalan-jalan di blog, saya menemukan banyak sekali kemiripan tema-tema posting dari hari ke hari. Kalo saya boleh mengelompokkan nih, postingan paling rame (yang masih lekat di benak saya) adalah tulisan dengan tema pasca meninggalnya Soeharto, tentang kartun nabi Muhammad, tentang fenomena cinta laura, lalu film ayat-ayat cinta, pro kontra situs porno, disusul film Fitna, dan sekarang soal april mop.
Sebenarnya kita ini sedang berlomba bikin tulisan yang bagus atau berlomba dapat komen yang banyak ya? Mmm, kalo hemat saya sih dua-duanya saling berkaitan. Artinya apa? semakin bagus tulisan (meskipun itu sangat subjektif) maka semakin banyak orang yang memberikan respon. Mungkin karena ada unsur proximity (kedekatan) antar tulisan dengan pengalaman pribadi pengunjungnya. Tapi ini bukan justifikasi dari saya lho.
Terlepas dari itu semua, ada beberapa blog yang masih konsisten dengan kontennya. Ada yang suka nulis lingkungan hidup, nulis perkembangan anaknya dari balita sampai tumbuh dewasa, buat buku harian yang bener-bener nggak penting (buat mereka yang membacanya), all about computer, desain grafis, puisi, dan sebagainya.
Saya mungkin masih (ingin) bertahan dengan blog yang lama. Ingin berbagi sedikit dari banyak hal dari sudut pandang (sosial) seorang ilustrator media. Karena bagi saya bisa berbagi dengan sesama adalah sesuatu yang indah.
Perjuangan tetap berjalan, karena badai pasti berlalu. Saya belum (berani) menyerah dengan kepahitan yang baru saya rasakan di awal april ini.
Selamat datang di blog saya yang baru. Sori sebelumnya, blog saya yang lama (antown.blogspot.com dan karyasaya.blogspot.com) tidak bisa saya saya masuki karena kendala teknis. Ya sudahlah, mungkin ada orang yang iseng dengan blog saya itu
Sekarang saya punya blog baru (lagi), dengan harapan disana akan lahir spirit baru dan karya-karya baru pula. Mohon dukungannya dari teman-teman sekalian.
Thank You
Subscribe to:
Posts (Atom)