Anda sering melihat anak kecil di perempatan lampu merah? pernah mengamati ngapain aja mereka? pernah anda membayangkan bahwa anak kecil itu seandainya diri kita sendiri?
Betapa kasihan negeri ini. Benarkah fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara??
Pemandangan seperti ini menjadi tontonan gratis bagi penduduk kota besar. Ya, ini ada di Indonesia. Setiap hari saya selalu mengamati ketidakadilan sosial yang menimpanya, kaum marginal--miskin kota. Bahkan ada juga seorang Ibu yang entah karena terpaksa atau apa sampai bayinya dibawa serta untuk cari nafkah. Bayi yang masih merah dan sesungguhnya butuh kasih sayang seorang mama.
Saya punya gambar baru di-scan nih, ada dua balon kata yang masih kosong. Kata apa ya yang pas untuk menggambarkan situasi di atas??
Wajahnya tampak senja. rambutnya tidak hitam lagi. Kepalanya berhias peci tiap hari. Pakaian yang dikenakan selalu hitam putih. Itu adalah guru gambar SMP saya dulu.
Suka dengan segala hal yang berbau jepang, mulai dari film, komik hingga kebudayaannya. Pakaian yang membalut tubuhnya berwarna hitam kecuali warna kulit yang dari sononya sudah putih. Itu adalah teman kerja saya sekarang.
Apa yang terjadi dengan dua orang di atas? memakai pakaian yang warnanya selalu sama tiap hari. Bukan karena tidak ada pakaian yang lain, mereka ada pakaian yang beda model atau potongan, tapi tetap saja warna yang dipilihnya; hitam dan atau putih. Dibalik itu saya yakin mereka mempunyai maksud tertentu.
Hari ini, kamis (29/05/2008), salah satu rilis yang diterima detikcom mengatakan "putih adalah simbol kesucian hati, pikiran tindakan dan perkataan. Warna putih adalah merupakan simbol perlawanan terhadap segala bentuk kebohongan...dst". Kalo boleh saya menambahkan, memakai baju putih juga bisa menyembunyikan ketombe-ketombe yang jatuh :D
Saya termasuk tipikal orang yang gemar (atau mungkin kebetulan) punya warna pakaian seperti ilustrasi di atas. Tapi saat ini saya mencoba untuk mulai mengurangi minat saya akan pakaian berwarna gelap (baca: hitam). Bisa dimaklumi, jakarta kian panas. Warna hitam adalah warna yang menyerap matahari sedangkan putih adalah sebaliknya. Jika terjebak macet, bisa ampun-ampun saya.
Beberapa waktu yang lalu saat saya melayat ke rumah duka, saya juga tidak mengenakan pakaian yang serba hitam. Agama tidak mengajarkan saya akan hal ini. Berdasarkan informasi dari dosen pembimbing (saat saya mengerjakan skrispsi dulu), orang China justru tidak ada yang memakai pakaian serba hitam saat upacara pemakaman. Mereka kuat dengan pendiriannya dan tidak latah mengikuti kebudayaan orang.
Entah bagaimana sekarang, apakah budaya itu masih dipertahankan atau tidak. Terlepas dari itu semua serangan arus informasi global dan dunia yang seakan diputarbalikkan saya yakin bisa membuat semuanya berubah dan tidak terduga dalam kedipan mata. Akhirnya, di akhir tulisan ini saya berharap semoga kita tidak menjadi bagian dari kelompok yang suka meniru. Boleh meniru pada hal-hal tertentu, asal mempunyai alasan dan dasar yang kuat. Biar tidak dikatakan plagiat saja begitu
Dapatkah anda membayangkan mereka yang sudah bebas bayar angsuran tapi rumahnya malah jadi korban. Bisakah anda membayangkan disaat yang lain merayakan tahun baruan dengan meriah justru mereka yang di Sidoarjo sedang merayakan kepedihan yang amat mendalam.
Setelah didera sekian ratus hari...
Saya tidak tahu solusi apa yang harus diambil untuk menghentikan lumpur tersebut. Namun jelas, saya meyakini bahwa ritual (baca: mistik) atau sesajian tidak akan menyelesaikan permasalahan. Ini harus segera dicarikan solusinya.
Sebagai warga yang juga dibesarkan di Sidoarjo, saat ini saya hanya bisa memberikan semangat supaya kita tetap bangkit, minimal dari hati dulu lah. Ya, bangkit dan tersenyum kembali untuk menatap masa depan. Bismillahirrahmaanirrahiim...
Bagi yang mendukung aksi solidaritas ini silakan mengcopy dan atau memasangnya pada walpaper anda. Desain menggunakan program "Macromedia Freehand MX".
Seperti biasanya saran dan kritik saya buka selebar-lebarnya. Matur nuwun
Kebiasaan saya, kalo nggak bisa tidur saya bikin coretan di atas kertas. Teringat seorang teman perempuan yang suka pake kerudung. Saya buat wajahnya versi kartun. Biar tampak manis saya beri sedikit asesoris bunga di sampingnya.
Selanjutnya saya ambil spidol untuk sketsanya. Dari gambar awal saya kembangkan dengan tambahan beberapa elemen desain, termasuk penggunaan tipografi didalamnya. Sketsa ini tidak perlu bagus, tapi yang terpenting saya punya patokan untuk membuatnya di komputer nanti.
Sambil mendesain di depan komputer, saya berkhayal membayangkan bagaimana komposisi yang pas. Ada yang dipindah, diperkecil, dan ada juga yang saya ganti gambar pendukungnya.
Proses pembuatan gambar ini tidak cukup sehari. Kalo ada waktu luang saya lanjutkan sedikit demi sedikit sampai kemudian jadi. Gimana hasilnya? Saya cukup senang dan penasaran ingin membuat dengan gaya yang lain.
Tertarik untuk pesan karya sejenis yang sesuai dengan keinginan anda? Saya siap membantu mewujudkannya. Harga akan disesuaikan dengan tingkat kerumitannya. Kirimkan ke email saya dengan alamat usman_yulianto@yahoo.com
Ternyata mencari uang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memeras keringat dan membanting tulang bukan hal yang menyenangkan kalo kita tidak menyertakan niat ikhlas di dalamnya.
Berbicara soal uang nih, pernah nggak berpikiran berapa lama kita terbiasa dengan uang baru? Berapa lama kita harus beradaptasi dan menghapal nominal uang baru itu? dan bagaimana cara mendesain atau membuat ilustrasi uang (kertas)? apakah dibuat oleh pakarnya langsung termasuk urusan sekuritasnya?
Berdasarkan situs http://www.bi.go.id/NR/exeres/104017D7-C15C-4F77-8AC9-1084B7E9B6A4.htm, desain uang dibuat dengan cara bekerjasama dengan perusahaan pencetakan uang atau melalui sayembara yang ditujukan kepada khalayak. Mungkinkah modelnya seperti sayembara desain perangko? bisa jadi iya mungkin. Ini hanya tebakan saya saja.
Sempat dulu waktu masih sekolah saya dapat tugas untuk membuat desain uang secara manual. Hal ini tidak mudah karena kita harus menguasai beberapa hal, mulai dari teknis penguasaan cat air/cat poster, penguasaan tipografi, ornamen (hiasan) dan sebagainya. Dan kali ini saya ingin bereksperimen membuat desain uang secara digital. Untuk elemen desain seperti garis lengkung mudah kita membuatnya, tapi untuk yang lainnya seperti pembuatan detail
-garis guilloche, rosette dan relief ternyata susah sekali. Butuh keahlian khusus. Sepertinya saya harus puasa dulu 40 hari dan bertapa di Gunung Himalaya :) hehehe....
Saat mengujungi toko elektronik kemarin, saya sempat melihat ada peralatan canggih, sebuah printer sekaligus scanner dengan kemampuan cetak yang nyaris sempurna. Tertera di atasnya, sebuah stiker bertuliskan "dilarang membuat uang palsu". Nah lho?!! jangan sampai coba-coba, atau nanti masuk penjara.
Kata orang uang bikin kita mabuk kepayang. Dengan uang kita bisa memiliki segalanya, bahkan bisa menguasai dunia. Adakah hari ini yang tidak ingin punya banyak uang?? nggak usah bermimpi deh, mari kita evaluasi dulu apakah kerja kita sudah bener sampai hari ini.
Buat yang tertantang untuk mengikuti lomba nih, saya dapat infonya. Masih ada beberapa hari lagi kesempatan ini. Jadi jangan sia-siakan. Mungkin saya tidak ikut karena lagi males-malesnya. Jadi saya doain kalian saja nanti yang dapat nomornya. Jangan lupa traktirannya yak. Hehehe....
Sebenarnya bukan males sih yang jadi kendala utama, kalo saya boleh jujur nih, saya sempat tidak tertarik dengan poster ini karena desainnya kurang nakal, kurang eye catching gitu. Masih statis alias kaku. Mohon maaf buat yang sudah bersusah payah buat desain poster lomba ini, tapi ini masukan saja dari saya yang juga masih belajar.
Meskipun ini klise, tapi saya masih pingin ngucapin kepada kalian calon peserta. "keep on fire yak!!". Hadiahnya lumayan lho, bisa buat bayar kost lebih dari setahun (kalo di jakarta).
Sori file poster yang saya dapat ukurannya kecil (low resolution).
(Dua gambar di atas diambil dari http://brangerous.blogspot.com/)
Beberapa minggu yang lalu sekumpulan perempuan mengadakan pameran bra di CCCL Surabaya. Akhirnya acara "BRAngerous Women Art Exhibition" ini mendapat perhatian publik. Terbukti, media cetak turut mempublikasikan acara ini di halaman mereka.
Saya yang sudah lama tidak main ke CCCL rasanya kangen bisa hadir disana, sekalian untuk menikmati sejumlah bra yang dijadikan media alternatif untuk menuangkan ekspresi itu. Kedengaran konyol? Bagi orang awam mungkin iya, tapi menurut saya ini adalah kreativitas yang patut kita acungkan jempol.
Kanvas, kertas, tembok, adalah hal lumrah yang dipake seniman dalam berkarya. Tapi kalo bra? Hahaha, ada-ada saja. Mungkin suatu saat kita juga bisa menikmati karya seni rupa menggunakan media celana dalam. Atau jangan-jangan sudah ada, saya saja yang belum tahu??
Buat para perupa ayo sama-sama kita tingkatkan kreatifitas, jangan mati hanya karena nggak ada kanvas. Ingat pepatah: nggak ada rotan, akar pun jadi.
Terinspirasi dari film gladiator, Bobby, teman saya yang juga seorang ilustrator (rubrik sport) menuangkan idenya tentang dunia persepakbolaan. Intermilan vs AS Roma digambarkan sedang bertarung sengit dalam rangka perebutan piala champion.
Secara pemilihan komposisi warna, menurut saya gambar ini sudah cukup bagus, melihat proses kreatifnya yang hanya beberapa jam saja (demi mengejar deadline). Background langit yang suram seakan menciptakan kesan perang sesungguhnya. Tapi sayang, dalam lapangan hijau itu si rumput kehilangan teksturnya sehingga menurut hemat saya lapangan lebih mirip seperti lapangan futsal.
Mengkritik itu lebih mudah daripada membuatnya sendiri. Bukankah begitu? Saya pun belum tentu bisa buat gambar seperti ini. Salut buat Bobby!! tetap berkarya yang terbaik!!
By the way, seandainya nih, Indonesia juga terpilih dan ikut dalam pertarungan bergengsi itu. Kira-kira siapa ya yang akan mencetak gol pertama kalinya? yang jelas bukan saya, orang sekali saya nendang bola langsung keseleo hehehe...
Dapatkah Anda menebak pesan apa yang ingin disampaikan dari gambar kartun di atas? menurut Qomar, kartunis yang membuat gambar tersebut, ilustrasi di atas menggambarkan nasib negeri kita saat ini.
Indonesia semakin banyak masalah dan semakin bingung mencari solusinya. Mereka, para kaum berdasi dan pemilik modal tidak tanggung-tanggung memanfaatkan potensi Indonesia yang berlimpah. "Emang mau sampean apakan negeri saya, pak?"
Indonesia semakin lelah kesakitan, semakin pucat dan semakin kurus. Sepertinya tinggal menunggu waktu saja. Eits!! tunggu dulu, sekarang adalah momen satu abad kebangkitan nasional. Mari ciptakan negeri ini seperti dulu lagi, yang makmur dengan hasil buminya, yang ramah dengan manusia-manusianya. Bla-bla bla...
Kita mulai dari diri kita dulu, merubah dari hal-hal yang kecil misalnya. Kita berikan yang terbaik untuk bangsa ini. Karena kita tidak tahu bagaimana anak cucu kita nanti.
Piss
Antown featuring Qomar
Bagi saya hidup di Jakarta itu tidak hanya untuk bekerja. Ada beberapa hal yang membuat saya kemudian tertarik untuk mengetahui yang lainnya. Dengan pekerjaan yang baru saya lakoni ini, saya berusaha untuk tetap mencintai--sembari menggali potensi diri.
Kalo saja rutinitas itu tiba-tiba berhenti barangkali saya akan kebingungan karena yang biasa dihadapi tiba-tiba tidak ada.
Saya tidak bisa terlepas dari komputer. Karena dia adalah teman yang setia. Kalo teman mesra ya sama girl friend aja. Komputer bisa mengisi kekosongan saya, komputer bisa mengasah kreatifitas saya--terlebih jika ada koneksi ke dunia maya.
Anyway, sebagai insan kreatif, saya selalu ingin mendapatkan hal-hal yang baru setiap hari. Kalo tidak begitu saya bisa bosan kemudian dikhawatirkan tidak bisa fokus dalam pekerjaan. Daripada saya kenal botol alkohol lebih baik saya belajar tidur "molor". Belajar mengistirahatkan mata yang jarang beristirahat ini.
Iseng-iseng saya buat desain bergaya pop art ini untuk mengibur diri aja, kalo mau copy silakan. Tapi kalo mau dipasang di blog jangan lupa dikasi source-nya ya. Biar kita sama-sama diuntungkan. Hehehe. Matur tengkyu
Saat masih SMP dulu saya pernah dapat pelajaran geografi. Hal yang paling menakutkan bagi saya adalah menghapal peta buta. Disebut peta buta karena dalam peta tersebut tidak diberikan penamaan sama sekali.
Dibalik ketakutan saya, itu sebenarnya ada juga yang membuat saya senang, serasa menjadi rada gimana gitu. Teman-teman di sekitar tempat saya duduk sering minta tolong dibuatin gambar peta. Saya nggak tahu kenapa mereka nggak bisa gambar peta. Padahal kalo salah mungkin juga nggak terlalu kentara. Si guru juga nggak mungkin ngukur sampai segitunya. Terkecuali ada pulau, sungai atau gunung yang hilang. Atau mungkin karena ada legenda yang belum ditampilkan.
Hari ini pekerjaan membuat peta malah menjadi makanan sehari-hari. Tidak lagi menggambar peta secara manual, tapi sudah digital. Tidak hanya Indonesia saja tapi malah dunia. Tangan jadi keriting bukan karena sering ngetik, tapi karena kebanyakan buat path (tracing gambar). Hahaha....
Saya akhirnya dapat pengalaman dan ilmu baru. Ini sangat menyenangkan rasanya. Dari pengalaman membuat beberapa peta daerah itu, saya akhirnya menjadi tahu bagaimana kota Bandung yang terkenal dengan gedung satenya itu, juga tahu bagaimana kondisi desa di Kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo terancam lumpur lapindo. Itu hanya sedikit contoh saja.
Semakin banyak terjadi bencana alam semisal banjir, gempa, angin, atau gunung meletus maka semakin banyak pula pekerjaan yang akan dilemparkan pada saya. Saya tahu ini tidak mudah. Tantangan semakin besar dan harus bisa saya taklukkan (kayak apa aja ya?)
Dan suatu saat saya bermimpi bisa membuat peta yang bisa tampil di halaman depan koran skala internasional. Mungkinkah?? padahal masih banyak daerah di Indonesia yang belum saya hapal. Jalan-jalan yuk biar lebih mengenal daerah kita sendiri
Gambar infografis yang saya buat di atas diterbitkan pada tanggal 10 Februari 2008 saat banjir bandang melanda Situbondo-Jawa Timur.
Terinspirasi dari blog si jagomakan punya Manda, saya ingin juga menampilkan gambar makanan. Bukan makanan untuk perut yang lapar, karena ini cuma gambar es krim (orang Surabaya membacanya es grem).
Seumur-umur baru kali ini menggambar makanan dengan pensil warna. Awalnya saya menduga bakal besar tantangannya nanti. Pertama, karena saya harus menorehkan warna sedikit demi sedikit, yang pasti kudu telaten bin sabar. Kedua, jumlah pensil warna yang saya pake cuma 12 batang, sangat terbatas untuk berkesperimen. Ketiga, kualitas kertas yang saya pake kertas seadanya (kertas bekas print out), jadi semangat gambar saya suka "up and down"
Meskipun gambarnya belum sempurna sama sekali tapi saya yakin hasilnya akan bagus. Karena biasanya pas mau ngelanjutin gambarnya, nafsu saya langsung klimaks. Perut tiba-tiba ingin berteriak. Warna merahnya itu lho, menggoda banget.
Kalo nemu es krim kayak gini saya ingin makan sama manda, si jago makan dari Surabaya. Kutunggu kehadiranmu di kota jahanam, Jakarta. Hahaha :)
Piss ya
Seorang blogger dalam http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2006/11/03112006/47694 membuat statement, "Dahulu orang lebih suka memakai t-shirt atau kaos dengan tulisan berbahasa asing (bahasa inggris, bahasa jerman dan bahasa jepang). Namun lambat laun trend ini mulai digeser dengan trend kawula muda suka memakai kaos yang bertuliskan anekdot dalam bahasa indonesia. Tulisan tersebut dipublish pada tanggal 3 Nov 2006.
Dari sini saya pingin nulis komen, tentunya komen yang agak panjang karena kebetulan tema ini saya anggap masih menarik dan ada kaitan dengan kajian blog saya.
Saya punya pengalaman, seorang sahabat saya membeli kaos baru, harganya cukup miring. Gambarnya juga bagus menurut dia. Dalam gambar itu memuat tulisan bahasa asing. Saya tidak ingat betul bagaimana bunyi kalimat utuhnya, tapi yang paling saya ingat pada awal kalimatnya ada kata "FUCK". Kaos itu dia kenakan saat ke kampus, saat jalan atau cari makan, dan juga saat-saat lengang.
Pernah saya tanyakan kepadanya, apakah dia paham dengan arti kalimat itu. Dia lalu menggelengkan kepala sembari senyum tersipu malu. Dibelinya kaos itu karena menurut dia kaos itu bagus dan pantas untuk dia. Beres sudah.
Saya kemudian berpikir, kenapa nggak dicari dulu artinya biar ngerti maksudnya. Kalo bahasanya nggak saru boleh lah dibeli, tapi kalo ada orang yang tersinggung? apa sudah siap menerima bogem mentah?
Kembali lagi pada pembahasan saya, menurut saya kita tidak bisa men-generalisir bahwa setiap orang sudah mulai suka memakai kaos berbahasa indonesia. Pada kelompok tertentu masih ada orang yang gemar mengenakan kaos dengan bahasa asing. Dengan begitu mereka (mungkin juga) bisa dianggap sebagai anak gaul, sebagai orang yang berpendidikan atau seribu alasan yang lain.
Tapi jangan kaget kalo kita masih juga menemukan orang memakai kaos bertuliskan kalimat-kalimat sindiran, atau kalimat yang justru sama sekali dianggap aneh, misalnya kaos bertuliskan "NAS KLENG". Mau tahu artinya? tanya pada orang Bali. Jelas kaos dengan kalimat yang terakhir itu tidak cocok untuk saya. Selain malu saya juga merasa tidak bisa memanusiakan manusia.
Maaf kalo ada tulisan yang salah, mohon dikoreksi demi kebaikan umat manusia di muka bumi ini (apaan sih??)
Bagi kaum papa, terserang penyakit adalah sebuah bencana. Pasalnya biaya berobat tidak mudah didapat. Gaji yang pas-pasan jelas tidak cukup untuk menebus resep yang diberikan dokter.
Sebuah koran di Jakarta menayangkan seorang ibu dengan penyakit kanker payudaranya. Penyakit yang bersarang di dadanya itu dengan vulgar ditampilkan begitu saja. Bagi saya hal itu cukup mengerikan--dan juga kasihan mental si korban (kecuali ini permintaan). Dengan cara ini saya yakin pembaca yang kasihan akan menyisihkan sedikit uang untuk kemudian disumbangkan.
Sebuah cara ala media untuk memberikan perhatian kemanusiaan dengan harapan ada uluran tangan, tapi kenapa harus demikian? tanpa disensor sama sekali, can you believe it?
Kalau di koran tempat saya bekerja hal demikian tidak boleh ditampilkan, karena image koran justru akan turun. Seperti halnya pembunuhan (baca: mutilasi), ilustrasi yang digambarkan tentunya tidak akan sevulgar seperti yang telah terjadi. Ilustrasi bisa diwakili dengan gambar anatomi manusia yang kemudian diberi garis putus-putus. Itu saja sudah cukup mewakili.
Saya kemudian mencoba membuat ilustrasi; seorang ibu mengeluh karena anaknya yang sakit tidak kunjung sembuh. Biaya berobat sudah tidak ada lagi. Meskipun ini sudah jadi dan diterbitkan, tapi masih ada kekurangan jika kita teliti mengamatinya. Apa itu??
Saya masih ingat, dulu waktu masih duduk di bangku SD guru gambar saya mengatakan kalo warna gunung itu harus biru, kalo matahari itu harus kuning. Maklum, saat itu masih lugu jadi tidak bisa protes. Lambat laun saya mulai sadar bahwa ternyata gunung itu kumpulan dari pohon, tanah dan batu, jadi kalo tampak jauh wajar warna yang muncul adalah biru. Tapi kalo gunung yang dimaksud adalah gunung kapur? belum tentu warnanya biru lagi.
Proses pembelajaran (baca: pen-dikte-an) soal warna hemat saya tidak bisa dipaksakan. Seorang pengajar seni atau guru gambar sebaiknya memberikan kebebasan terhadap siswa didiknya untuk berkreatifitas semaksimal mungkin. Pemilihan dan bentuk warna yang dipaksakan akan menghambat daya imajinasi si anak--tentu ini tidak bagus bagi perkembangannya di kemudian hari.
Dalam psikologi warna, kita dapat mengetahui bahwa anak kecil cenderung untuk menggunakan warna-warna yang terkesan ceria misalnya merah, kuning, biru (warna primer). Jadi biarkan saja mereka bermain warna. Anak kecil dengan kebebasan mengkomposisikan warna-warni sebaiknya kita mulai sejak dini.
Belum tentu warna rambut selalu hitam. Mungkin kita semua sepakat. Tapi waktu kita masih kecil dulu? tahunya warna rambut ya hitam. Padahal kalo sudah tua jadi uban (baca: putih). Sedangkan rambut orang non asia apakah hitam? Frame of reference si anak juga harus mulai dibuka dari sekarang.
Kalo kemudian warna rambut menjadi hijau atau biru?? salahkah? atau justru indah? iseng-iseng saya menggambar ini dengan memakai pensil warna faber castell aquarel.
Betapa tidak habis pikir saya, seorang teman ingin tahu apa isi tas saya. Kalo saya seorang selebritis mungkin pantas jika tas saya isinya bahan rias, tapi bagi saya yang hampir tidak bisa jauh dari kertas? apakah penting untuk mengetahui isi tas itu?
Tas saya yang satu ini sudah saya pake sejak jaman kuliah. Dicuci baru beberapa kali. Bukannya sok seniman sih, tapi males aja nyucinya. Lagian juga bukan tas trendi yang bisa dipake pada acara pesta. Tapi jangan salah, tas saya ini pernah sampe bertamu ke Balai kota, saat ikut aksi bersama puluhan atau mungkin ratusan mahasiswa yang lain. Itu beberapa bulan yang lalu.
Sering juga tas ini saya bawa untuk bepergian. Kadang untuk mengikuti pelatihan, mengunjungi rumah teman, atau sekedar ke warung makan. Saking sayangnya saya jadi sulit untuk melepaskan, apalagi melupakan. Tapi sepertinya sebentar lagi tas ini harus saya relakan. Karena nggak mungkin kuat untuk menopang beratnya laptop. Padahal punya aja blom hehehe... (cita-cita biar bisa nambah job)
Sekarang saya sudah kerja, tapi si tas tetap juga tidak bisa lepas dari pundak saya. Mengapa? mau tau isinya apa? hahaha, isinya cuma helm, dan beberapa alat gambar. Bawa helm tujuannya tidak lain cuma buat nebeng teman saat pulang kerja nanti.
Oh tasku, kamu begitu baik padaku..., menemaniku dari waktu ke waktu. Btw, goresan saya di atas kok mirip kartunis majalah TEMPO ya? padahal cuma coret-coret iseng tadi
Vektorika adalah e-magazine berformat PDF yang bisa didownload secara gratis di vektorjunkie.com, diproduksi oleh Mas Godot Guntoro, salah satu orang penting di "BabyBoss Magazine". Cover vektorika edisi ke-9 dengan tema "ASIANA" ini adalah kompilasi dari karya seniman vektor, yaitu Ranger Bastard-Indonesia (rangerbastards.com), Amenth-Indonesia (theyhatemydesign.net), dan Ida Belogi-Italy (www.b-9.it).
Saya pernah jadi pemburu majalah ini beberapa tahun yang lalu karena sempat kepincut sama keindahan desainnya. Kali ini saya akan sedikit membicarakan tentang cover majalah ini. Bagaimana menurut anda tentang karakter Budha yang terpampang indah setelah disentuh dengan desain? apakah ini sebuah penghinaan karena sudah merubah bentuk aslinya ataukah ini karya seni.
Berbicara soal agama terkadang terlalu sensitif jika kita tidak bisa menyikapinya dengan dewasa. Makanya kita semua wajib untuk menjadi orang pintar. Minimal ngerti dan bisa mengambil sikap. Hemat saya, kita kudu sedikit hati-hati dalam bertindak tanduk.
Rekan kerja saya, yang cukup lama bergerak di dunia seni rupa, menganggap bahwa cover depan majalah ini tidak perlu dipermasalahkan, karena itu adalah karya seni. Toh juga tidak ada tendensi apa-apa kecuali untuk pencapaian estetika semata.
Teman saya yang lain, seorang kartunis menilai gambar ini cukup kreatif. Meskipun kita melihat gambar Budha di sini tidak ada yang sama kecuali pose tangan dan rambut yang menggelembung di atas kepalanya.
Sebelah kiri Budha digambarkan seperti robot dan berambut rasta, bagian tengah Budha digambarkan seperti sedang jatuh cinta--penuh dengan bunga-bunga, dan disamping kanan Budha digambarkan dengan kuku panjang dan wajahnya penuh riasan.
Pada beberapa wawancara dan pengamatan yang saya lakukan, gambar Budha yang seperti ini tidak menjadi masalah. Bagaimana dengan publik??
Mau komentar atau mau melamun cari kalimat cerdas? saya persilakan...
Braaak!! Tabrakan terjadi lagi, kali ini memakan tiga korban. Dua orang tewas di lokasi dan satu orang tewas saat dilarikan ke Rumah Sakit.
Kejadian ini bermula dari aksi ugal-ugalan pengendara bus KUPJ (ukuran bus ini tidak lebih besar dari KOPAJA). Mereka saling menyalip seperti yang punya jalan (saja). Lihat akibatnya, yang tidak salah juga menjadi korban. Mobil truk pasir ditabrak mobil tangki di belakangnya setelah mengerem mendadak karena menghindar tabrakan di depannya.
Menurut UNDANG-UNDANG TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN pada BAB I KETENTUAN UMUM pasal 1 poin 4 disebutkan bahwa "Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum". Hemat saya, jalan raya itu bukan milik perseorangan (baca: sopir preman), bukan punya orang yang pake mobil besar atau mobil yang gearboxnya racing. Kurang lengkap apa coba? kalo mau lancar dan selamat kata mbah saya ya kita harus belajar tertib lalu lintas.
Infografis saya diatas diterbitkan pada hari minggu (4 Mei 2008) halaman 1 Medan. Minta masukan ya. Makasih
Bahan bacaan:
http://www.theceli.com/dokumen/produk/1992/uu14-1992.htm
Dua hari yang lalu saya melihat sekilas gambar postingan seseorang di kaskus.us tentang bahaya merokok. Dalam gambar itu tampak bahwa asap rokok yang mengepul ternyata bisa berubah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang selanjutnya disebut arang itu (saya bukan tipikal orang yang gampang menghapal istilah bahan kimiawi jadi mudah lupa).
Saking bahayanya rokok bagi seseorang, pernah juga saya lihat poster anti rokok di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta. Disana digambarkan banyak sekali akibat buruk yang akan kita terima jika kita menghisap benda mengerikan itu. Salah satu zat berbahaya yang terkandung kalo nggak salah disebut karbon monoksida. Dampaknya bisa menurunkan kemampuan tubuh dalam membawa oksigen yang dapat menimbulkan resiko penyakit jantung. Ngeri bukan??
Belum lagi akibat pada organ vital kita yang lain, misalnya pada penis atau payudara (digambarkan jelas juga pada poster itu). Ah, saya jadi ngeri mengingatnya kembali. Untung saya tidak merokok, dan bukan perokok pasif kecuali tidak sengaja berada di sekitar mereka yang menghisap rokok.
Merokok bukan untuk kebanggaan dan bukan untuk kejantanan. Merokok berarti merugikan dan membunuh diri sendiri, sedikit demi sedikit. Sebenarnya saya sendiri juga agak heran (sekaligus bangga), karena beberapa ilustrator di media, tempat saya bekerja justru tidak merokok sama sekali. Bahkan ngopi pun bukan minuman favorit mereka. Mending saya minum es jeruk yang seger, tubuh jadi segar stresspun berkurang.
Pernah saya mencoba untuk merokok saat masa SMA dulu, spontan saya batuk lalu berhenti. Tahun 2001 coba lagi, hanya coba-coba saja sih. Untungnya saya tidak ketagihan. Berhubung saya tidak mendapatkan kenikmatan dan saya merasa seperti membakar uang saya sendiri, maka saya putuskan untuk berhenti. Di kehidupan saya selanjutnya, meskipun ada teman yang perokok mereka bisa mengerti dan menghormati saya yang tidak merokok ini.
Senang punya teman yang toleran dan pengertian. Senang juga nanti kalo punya pasangan hidup yang tidak merokok. Karena tidak merokok berarti menginvestasikan nyawa kita untuk menjalani kehidupan yang indah. Tulisan ini bukan kampanye rokok dan bukan ceramah untuk para perokok. Saya cuma ingin menekankan pada diri saya khususnya supaya tetap untuk tidak merokok.
Bacaan terkait:
http://209.85.175.104/search?q=cache:JmuL36hFSvQJ:www.taruna-nusantara-mgl.sch.id/index2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id%3D177+zat+dalam+rokok&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&client=firefox-a
Setiap hari saya menemukan karakter yang unik pada diri manusia. Karakter itu menjadi sumber inspirasi saya dalam berkarya. Ada yang suka berpenampilan sok gaul, anak band, gila bola, punkers, metroseksual, seniman, hingga jamet (jawa metal), dan masih banyak lagi. Istilahj Jamet saya pinjam dari kartunis Benny and mice dari karyanya yang berjudul "100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta".
Percaya atau tidak sesungguhnya perbedaan itu indah. Dengan perbedaan maka kita bisa saling mengisi dan menutupi kekurangan yang ada. Ada mur ada baut, ada nyamuk ada anti nyamuk, ada yang jelek ada yang cakep, ada polisi ada penjahat dan seterusnya. Coba seandainya semua orang itu baik maka penjara akan kosong dan tidak ada penghuninya, lalu mau dikemanakan pekerjaan sipir? atau kalo misalnya semua orang itu jahat bukannya penjara pada penuh?
Kegiatan yang menyenangkan bagi saya adalah mengamati seseorang. Mengamati bagaimana dia berpakaian, bagaimana dia berucap, bagaimana dia menggunakan bahasa tubuhnya. Yang penting kan nggak menggunjingkan (orang lain). Hehehe...
Tapi perbedaan juga bisa memicu konflik. Maka pengetahuan tentang antar budaya juga kudu kita pelajari. Ah jadi ingat kuliah saya dulu. Saya punya teman dari A-Z yang artinya mempunyai latar belakang berbeda-beda. Jika salah satu terpancing emosinya bisa-bisa nama binatang bisa keluar dari mulutnya. "Anjing, Babi Lu!! bukan gue yang ngambil", kira-kira seperti itulah yang (tidak sengaja) sering saya dengarkan.
Sebenarnya, untuk melampiaskan kemarahan, menyebut nama-nama binatang sepertinya kurang sopan untuk dipraktekkan. Kalau saya boleh mengusulkan nih, gimana kalo diganti dengan nama sayur-sayuran. Jadinya kayak gini deh, "Asem lu, ini kan punya gue". Nggak kasar kan??
Dengan demikian saya berharap tidak ada lagi konflik lantaran perbedaan budaya yang berbeda. Nggambar lagi ahh.....
Subscribe to:
Posts (Atom)