
Wajahnya tampak senja. rambutnya tidak hitam lagi. Kepalanya berhias peci tiap hari. Pakaian yang dikenakan selalu hitam putih. Itu adalah guru gambar SMP saya dulu.
Suka dengan segala hal yang berbau jepang, mulai dari film, komik hingga kebudayaannya. Pakaian yang membalut tubuhnya berwarna hitam kecuali warna kulit yang dari sononya sudah putih. Itu adalah teman kerja saya sekarang.
Apa yang terjadi dengan dua orang di atas? memakai pakaian yang warnanya selalu sama tiap hari. Bukan karena tidak ada pakaian yang lain, mereka ada pakaian yang beda model atau potongan, tapi tetap saja warna yang dipilihnya; hitam dan atau putih. Dibalik itu saya yakin mereka mempunyai maksud tertentu.
Hari ini, kamis (29/05/2008), salah satu rilis yang diterima
detikcom mengatakan "putih adalah simbol kesucian hati, pikiran tindakan dan perkataan. Warna putih adalah merupakan simbol perlawanan terhadap segala bentuk kebohongan...dst". Kalo boleh saya menambahkan, memakai baju putih juga bisa menyembunyikan ketombe-ketombe yang jatuh
:DSaya termasuk tipikal orang yang gemar (atau mungkin kebetulan) punya warna pakaian seperti ilustrasi di atas. Tapi saat ini saya mencoba untuk mulai mengurangi minat saya akan pakaian berwarna gelap (baca: hitam). Bisa dimaklumi, jakarta kian panas. Warna hitam adalah warna yang menyerap matahari sedangkan putih adalah sebaliknya. Jika terjebak macet, bisa ampun-ampun saya.
Beberapa waktu yang lalu saat saya melayat ke rumah duka, saya juga tidak mengenakan pakaian yang serba hitam. Agama tidak mengajarkan saya akan hal ini. Berdasarkan informasi dari dosen pembimbing (saat saya mengerjakan skrispsi dulu), orang China justru tidak ada yang memakai pakaian serba hitam saat upacara pemakaman. Mereka kuat dengan pendiriannya dan tidak latah mengikuti kebudayaan orang.
Entah bagaimana sekarang, apakah budaya itu masih dipertahankan atau tidak. Terlepas dari itu semua serangan arus informasi global dan dunia yang seakan diputarbalikkan saya yakin bisa membuat semuanya berubah dan tidak terduga dalam kedipan mata. Akhirnya, di akhir tulisan ini saya berharap semoga kita tidak menjadi bagian dari kelompok yang suka meniru. Boleh meniru pada hal-hal tertentu, asal mempunyai alasan dan dasar yang kuat. Biar tidak dikatakan plagiat saja begitu