Arti dan Sensasi Kartini



Tanggal 21 April adalah hari kartini. Saya yakin para bloggers yang hanyut dalam wacana feminitas dan gender akan berlomba menulis tentang Kartini. Kali ini saya tidak menulis tentang profil beliau, dan bukan tentang gender, tapi soal ilustrasi kartini.

Menemukan gambar Kartini di search engine sangat mudah. Dalam beberapa detik saya sudah menemukan banyak gambar. Tidak menyangka gambar kartini sudah banyak versinya sampai detik ini. Mungkin ini akibat ulah si pemilik tangan-tangan kreatif. Gambar Kartini diolah dan diotak-atik, sama yang terjadi pada kasus kepala gambar Che Guevara.

Saya akan menceritakan sedikit soal Che Guevara. Kebetulan kemarin waktu skripsi nulis sedikit tentang sejarahnya sebagai pengantarnya. Beliau adalah sosok revolusioner yang sempat mengenyam dunia kedokteran. Che adalah seorang yang gagah dan kuat dalam memperjuangkan Kuba kala itu. Kini, wajah Che guevara sudah dijadikan komoditas industrial. Wajahnya ada dimana-mana. Mulai dari stiker, bendera, kaos, tato, emblem dan lain-lain. Bahkan ada yang memplesetkan wajahnya dengan gambar Bob Marley (jadinya Marley Guevara) atau tokoh Benyamin (tokoh populer Persija).

Kembali lagi pada gambar Kartini, jujur saya tidak mempermasalahkan gambar Kartini dibuat oleh siapa, toh yang penting kepala Kartini juga masih menghadap ke kiri (kenapa nggak menghadap kamera ya??) Hehehe. Yang kemudian muncul tanda tanya besar di kepala saya adalah "apakah dengan melihat/menikmati gambar Kartini kita bisa mendapatkan semangat heroik beliau"? Apakah kita pernah mendapatkan sensasi tersendiri? Mungkin anda mempunyai pengalaman tersendiri yang bisa dibagi bersama.

Mengapa saya menanyakan hal tersebut? karena semua narasumber yang saya wawancarai (saat proses pembuatan skripsi Che Guevara) mengaku bahwa mereka mendapatkan "semangat perlawanan "setelah memakai kaos Che Guevara. Meskipun itu tidak permanen sifatnya.

15 blogger komat-kamit:

Kristina Dian Safitry said...

ketika kedua bola mataku menatap sketsa usang gambar kartini, ada desir halus menyentuh naluriku sebagai seorang perempuan. yang menuntun dan mengajakku mengikuti tapak kaki yang hingga kini jelas tergambar dan terhampar diatas tanah sejarah.
aku..dan..aku..sampaikah kakiku di tempat dulu kartini beranjak?

Anonymous said...

kaos gambar wajah che gampang ditemukan di mana-mana dan ada saja yg beli. jika saja kaos bergambar wajah kartini dijual di mal-mal seantero Indonesia, apakah juga bisa menuai banyak pembeli? just curious...

Eucalyptus said...

Wah, terima kasih lho sudah posting ttg Che Guavara, sekarang saya sudah tau deh. Jadi dia itu adalah tokoh revolusioner yg memperjuangkan Cuba ya?

Mengenai Kartini yang telah menyemangati kaum wanita Indonesia dari dahulu sampai sekarang, wajah beliau telah melekat dalam ingatan kita sepanjang masa.

Sama seperti halnya lukisan Monalisa yg termashur itu, pasti setiap orang yg pernah melihat gambarnya akan mengingatnya.

Anonymous said...

iyak,pengen deh kaos kaos berbau nasional, bukan kaya che...

rizky said...

Seharusnya Bung Tomo juga masuk kedaftar sana...? menemani Che Guevara betul tidak oOm!!!!

Sinopi said...

gw juga punya kaos gambar Che Guevara, slesan nya siy sederhana doang, krn warna merah nya bagus. hahaaa

gambar benyamin juga ada, tp gw ga punya kaos yg gambar kartini..

astrid savitri said...

Iya ya..mgkn mustinya ada kaos gambar Kartini, paling enggak dijual selama bulan april...

kalo masalah knp fotonya diambil dari kiri..soalnya itu angel terbaik, sebelah kanannya lebih tembem kali atau soalnya monalisa angelnya dari kanan, entar dikira niru2..hehe!

Anonymous said...

Pokokne mampir sini malem minggu kali aja ditraktirrrr.

Banyak duit gitu

Antown said...

@kristina: semangat perjuangan kaum perempuan tidak boleh pudar....
@ernita: saya tidak yakin akan ide ini. Kecuali pembelinya adalah panitia event2 kartini
@eucalyptus: iya, sama2 mbak. syukur kalo informasinya bermanfaat
@raffael: pernah saya dapat info, ada sebuah tempat di Jakarta kalo nggak salah, disana dijual kaos bergambar jendral sudirman dan beberapa tokoh pahlawan kita
@rizky: usulan yang bagus
@novee: mungkin nggak harus di kaos kartininya, tapi di stiker juga
@astrid: monalisa sama kartini sama2 punya karakter wajah yang khas bgt
@balisugar: boleh2...hehehe

Anonymous said...

keknya cocok tuh kartini sama guevara :D

Anonymous said...

aku dulu juga nge-fans sama Che. sempet ngumpulin pin sampe kaos. karena suka sama gambarnya trus merambah ke sosoknya yg bnyk disukai orang sampe2 aku terinspirasi oleh perjuangannya. gara2 itu dulu sempet juga punya sikap "perlawanan". tapi sekarang dah tobat, dah tua he..he..he..

pudi-interisti said...

Kartini adalah simbol emansipasi wanita Indonesia. walau mungkin tidak semua wanita bisa melanjutkan semangat juangnya.

dee said...

gambar kartini-nya bagus.. boleh dicopy ga mas antown..???

andreas iswinarto said...

Buku Perang Gerilya Tan Malaka dan Che Guevara

semoga bermanfaat..

Ketika memperingati sewindu hilangnya Tan Malaka pada 19 Februari 1957, Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution mengatakan pikiran Tan dalam Kongres Persatuan Perjuangan dan pada buku Gerpolek (Gerilya Politik Ekonomi) menyuburkan ide perang rakyat semesta. Perang rakyat semesta ini, menurut Nasution, sukses ketika rakyat melawan dua kali agresi Belanda. Terlepas dari pandangan politik, ia berkata, Tan harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.
(sumber Tempo)

Dalam bentuk tanya jawab Tan Malaka di dalam bukunya Gerpolek menjelaskan itu secara gamblang. Menurut Malaka GERPOLEK adalah perpaduan (Persatuan) dari suku pertama dari tiga perkataan, ialah Gerilya, Politik, dan Ekonomi. Lebih lanjut dalam bentuk tanya jawab Malaka menjelaskan sbb :

Apakah gunanya GERPOLEK?

GERPOLEK adalah senjata seorang Sang Gerillya buat membela PROKLAMASI 17 Agustus dan melaksanakan Kemerdekaan 100 % yang sekarang sudah merosot ke bawah 10 % itu!

Siapakah konon SANG GERILYA itu?

SANG GERILYA, adalah seorang Putera/Puteri, seorang Pemuda/Pemudi, seorang Murba/Murbi Indonesia, yang taat-setia kepada PROKLAMASI dan KEMERDEKAAN 100 % dengan menghancurkan SIAPA SAJA yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100 %.
SANG GERILYA, tiadalah pula menghiraukan lamanya tempoh buat berjuang! Walaupun perjuangan akan membutuhkan seumur hidupnya, Sang Gerilya dengan tabah-berani, serta dengan tekad bergembira, melakukan kewajibannya. Yang dapat mengakhiri perjuangannya hanyalah tercapainya kemerdekaan 100 %.

SANG GERILYA, tiadalah pula akan berkecil hati karena bersenjatakan sederhana menghadapi musuh bersenjatakan serba lengkap. Dengan mengemudikan TAKTIK GERILYA, Politik dan Ekonomi, tegasnya dengan mempergunakan GERPOLEK, maka SANG GERILYA merasa HIDUP BERBAHAGIA, bertempur-terus-menerus, dengan hati yang tak dapat dipatahkan oleh musim, musuh ataupun maut.

Seperti Sang Anoman percaya, bahwa kodrat dan akalnya akan sanggup membinasakan Dasamuka, demikianlah pula SANG GERILYA percaya, bahwa GERPOLEK akan sanggup memperoleh kemenangan terakhir atas kapitalisme-imperialisme.

-------------

Selain berhubungan cukup erat dengan Panglima Sudirman pimpinan gerilyawan yang tangguh (bahkan Adam Malik menyebutnya Dwitunggal), sebenarnya Tan Malaka pernah terlibat langsung dalam medan perang gerilya menjelang kematiannya. Silahkan baca liputan Tempo Persinggahan Terakhir Lelaki dan bukunya serta Misteri Mayor Psikopat. Sehingga sebenarnya lengkaplah Tan Malaka yang berperang dengan kata, organisasi, juga 'perang senjata'. Atau bisa dikatakan Gerpolek bukan hanya teori baginya, tetapi juga sebuah praktek perjuangan yang dilakukannya.

Dalam konteks ini saya setuju dengan ketika Harry Poeze mempersandingkan Tan Malaka dan Che Guevara. Walau saya agak terganggu ketika Poeze mengatakan Tan Malaka adalah Che Guevara Asia. Bagi saya Tan Malaka adalah Tan Malaka, Che Guevara adalah Che Guevara.


Sekedar memperbandingkan buku perang Gerpolek dan Esensi Perang Gerilya yang dituliskan oleh Che Guevara, saya kutipkan bagian tulisan Che Guevara tersebut

"Perang Gerilya, sebagai inti perjuangan pembebasan rakyat, mempunyai bermacam-macam karakteristik, segi yang berbeda-beda, meskipun hakekatnya adalah masalah pembebasan. Sudah menjadi kelaziman--dan berbagai penulis tentang hal ini menyatkannya berulang-ulang---bahwa perang memiliki hukum ilmiah soal tahap-tahapnya yang pasti; siapapun yang menafikannya akan mengalami kekalahan. Perang gerilya sebagai sebuah fase dari perang tunduk dibawah hukum-hukum ini; tapi disamping itu, karena aspek khususnya, sudah menjadi hukum yang tak hukum yang tak terbantahkan dan harus diakui kalau mau mnedorongnya lebih maju. Meskipun kondisi sosial dan geografis masing-masing daerah (country) menentukan corak atau bentuk-bentuk khusus suatu perang gerilya, tapi ada hukum umum yang harus dipatuhi jenis tersebut.

Tugas kita kali ini adalah menggali dasar-dasar perjuangan dari jenis (corak) ini, aturan-aturan yang harus di ikuti oleh rakyat yang berupaya membebaskan diri, mengembangkan teori atas dasar fakta-fakta, menggeneralisasikan dan memberikan struktur atas pengalaman tersebut agar bermanfaat bagi rakyat lainya.

Pertama kali adalah menetapkan : siapakah pejuang dalam perang gerilya ? Disatu sisi ada kelompok penindas dan agen-agennya, tentara profesional (yang terlatih dan berdisiplin baik), yang dalam beberapa kasus dapat diperhitungkan atas dukungan luas dari kelompok-kelompok kecil dari birokrat, para abdi kelompok penindas tersebut. Disisi lain ada populasi bangsa atau kawasan yang terlibat. Adalah penting menekankan merupakan sebuah perjuangan massa, perjuangan rakyat. Gerilya, sebagai sebuah nukleus bersenjata, merupakan pelopor perjuangan rakyat, dan kekuatan terbesar mereka berakar dalam massa rakyat. Gerilya hendaknya tidak dipandang sebagai inferior secara jumlah dibanding tentara yang ia perangi, meskipun kekuatan persenjataannya mungkin inferior. Itulah sebabnya mengapa perang gerilya mulai bekerja ketika kau memiliki dukungan mayoritas, sekalipun memiliki sejumlah kecil persenjataan yang dengan itu kau mempertahankan diri melawan penindas.

Oleh karena itu pejuang gerilya mendasarkan diri sepenuhnya pada dukungan rakyat di suatu area. Ini mutlak sangat diperlukan. Dan di sini dapat dilihat secara jelas dengan mengambil contoh kelompok-kelompok bandit yang bekerja di suatu daerah. Mereka memiliki semua karakteristik dari sebuah tentara gerilya : Homogenitas, patuh pada pemimpin, pemberani, pengetahuan tentang lapangan dan seringkali bahkan memiliki pemahaman lengkap tentang taktik yang harus digunakan. Satu-satunya kekurangan mereka adalah tidak adanya dukungan dari rakyat, dan tidak terhindari lagi kelompok-kelompok bandit itu ditangkap atau dihancurkan oleh kekuatan pemerintah."

---------
Akhir kata silahkan membaca lebih jauh Gerpolek, Massa Aksi dan buku-buku Tan Malaka lainnya untuk mengerti lebih jauh perkakas perjuangan rakyat yang digagas dan dipraktekannya, juga silah tengok lebih lanjut buku-buku Che Guevara yang sudah cukup banyak beredar di pasaran atau silah kunjung tulisan Che Guevara Online

Salam Pembebasan

Andreas Iswinarto


untuk link tentang tan malaka dan che Guevara silah akses Buku Perang Tan Malaka dan Che.

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-perang-tan-malaka-dan-che-guevara.html

atau

Untuk 34 artikel-opini (edisi khusus Tempo) dan 13 buku online Tan Malaka silah kunjung Tan Malaka : Bapak Republik Revolusi Merdeka 100 Persen
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tan-malaka-bapak-republik-revolusi.html

Anonymous said...

Hello!

Nggak terasa udah mau Hari Kartini lagi ya?

Ini ada artikel tentang Kartini juga, "Hari Kartini, Pahlawan Pendidikan" di cantik40s.blogspot.com.

:)

Thanks,
AFM

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda. Terima kasih.

 
;